Senin, 25 November 2013

3 amalan seorang pemuda hingga disebut ahli surga...


ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ
Bismillahirrahmanirrahim……

Di salah satu sudut Masjid Nabawi terdapat satu ruang yang kini digunakan sebagai ruang khadimat.
Dahulu di tempat itulah
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalaam senantiasa berkumpul bermusyawarah
bersama para Shahabatnya radhiallaahu 'anhum.
Di sana Beliau SAW
memberi taushiyyah,
bermudzakarah, dan ta'lim.

Suatu ketika, saat
Rasulullah SAW memberikan
taushiyyahnya, tiba-tiba Beliau SAW berucap, "Sebentar lagi akan datang seorang pemuda ahli surga."
Para Shahabat r.hum pun saling bertatapan, di sana ada Abu Bakar AshShiddiqradhiallaahu 'anhu, Utsman bin
Affanradhiallaahu 'anhu,
Umar bin Khattabradhiallaahu 'anhu, dan beberapa Shahabat lainnya.

Tak lama kemudian,
datanglah seorang pemuda yang sederhana. Pakaiannya sederhana,penampilannya sederhana, wajahnya masih basah
dengan air wudhu.
Di tangan kirinya
menenteng sandalnya yang sederhana pula.

Di kesempatan lain, ketika Rasulullah SAW berkumpul dengan para Shahabatnya, Beliau SAW pun berucap,
"Sebentar lagi kalian akan melihat seorang pemuda ahli surga."
Dan pemuda sederhana itu datang lagi, dengan
keadaan yang masih tetap sama, sederhana.
Para Shahabat yang
berkumpul pun terheran-heran, siapa dengan pemuda sederhana itu?

Bahkan hingga ketiga
kalinya Rasulullah SAW
mengatakan hal yang
serupa.
Bahwa pemuda sederhana itu adalah seorang ahli surga
.
Seorang Shahabat, Mu'adz bin Jabbalradhiallaahu
'anhupun merasa
penasaran.
Amalan apa yang
dimilikinya sampai-sampai Rasul menyebutnya pemuda ahli surga?

Maka Mu'adzradhiallaahu'anhu
berusaha mencari tahu. Ia berdalih sedang berselisih dengan ayahnya dan meminta izin untuk menginap beberapa malam di kediaman si pemuda
tersebut. Si pemuda pun mengizinkan. Dan mulai saat itu Mu'adz mengamati setiap amalan pemuda
tersebut.

Malam pertama, ketika
Mu'adz bangun untuk
tahajud, pemuda tersebut masih terlelap hingga datang waktu shubuh.

Ba'da shubuh, mereka
bertilawah. Diamatinya
bacaan pemuda tersebut yang masih terbata-bata, dan tidak begitu fasih.

Ketika masuk waktu dhuha, Mu'adz bergegas
menunaikan shalat dhuha, sementara pemuda itu tidak.

Keesokkannya, Mu'adz
kembali mengamati amalan pemuda tersebut.

Malam tanpa tahajjud,
bacaan tilawah terbata-
bata dan tidak begitu fasih,serta di pagi harinya tidak
shalat dhuha.

Begitu pun di hari ketiga, amalan pemuda itu masih tetap sama.
Bahkan di hari itu Mu'adz shaum sunnah, sedangkan pemuda itu tidak shaum sunnah.

Mu'adz pun semakin heran dengan ucapan Rasulullah SAW.
Tidak ada yang istimewa dari amalan pemuda itu, tetapi Beliau SAW menyebutnya sebagai
pemuda ahli surga.

Hingga Mu'adz pun
langsung mengungkapkan keheranannya pada
pemuda itu.

"Wahai Saudaraku,
sesungguhnya Rasulullah SAW menyebut-nyebut
engkau sebagai pemuda
ahli surga.
Tetapi setelah aku amati, tidak ada amalan istimewa yang engkau amalkan. Engkau tidak tahajjud, bacaanmu pun tidak begitu fasih, pagi hari pun kau lalui tanpa shalat dhuha, bahkan shaum sunnah pun
tidak. Lalu amal apa yang engkau miliki sehingga Rasul SAW
menyebutmu sebagai ahli surga?"

"Saudaraku, aku memang belum mampu tahajjud. Bacaanku pun tidak fasih. Aku juga belum mampu shalat dhuha.
Dan aku pun belum mampu untuk shaum sunnah.

Tetapi ketahuilah, sudah beberapa minggu ini aku berusaha untuk menjaga tiga amalan yang baru mampu aku amalkan."

"Amalan apakah itu?"

"Pertama, aku berusaha
untuk tidak menyakiti
orang lain. Sekecil apapun, aku berusaha untuk tidak menyinggung perasaan
orang lain.
Baik itu kepada ibu
bapakku, istri dan anak-
anakku, kerabatku,
tetanggaku, dan semua
orang yang hidup di
sekelilingku.
Aku tak ingin mereka
tersakiti atau bahkan
tersinggung oleh ucapan
dan perbuatanku."

"Subhanallah...kemudian
apa?"

"Yang kedua, aku berusaha untuk tidak marah dan memaafkan.
Karena yang aku tahu
bahwa Rasullullah tidak
suka marah dan mudah
memaafkan."

"Subhanallah...lalu
kemudian?"

"Dan yang terakhir, aku
berusaha untuk menjaga tali shilaturrahim.
Menjalin hubungan baik
dengan siapapun.
Dan menyambungkan
kembali tali shilaturrahimyang terputus."

"Demi Allah...engkau
benar-benar ahli surga.
Ketiga amalan yang
engkau sebut itulah amalan yang paling sulit aku amalkan."

Wallahu a'lam bi shawwab.

Semoga kita bisa
mengambil hikmahnya.
Semoga tulisan sederhana ini
membawa banyak manfaat bagi yang membacanya. Segala
kesalahan adalah dari saya pribadi, untuk itu saya mengucapkan mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Dan
kebenaran itu mutlak milik Allah Azza Wa Jalla...Wallahu Musta'an
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta
astaghfiruka wa atuubu ilaika . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar