Kamis, 19 Desember 2013

Benarkah Tuhan itu ada?

Kita tidak pernah melihat Tuhan. Kita juga tidak pernah
bercakap-cakap dengan Tuhan. Karena itu, tidak heran
jika orang-orang atheist menganggap Tuhan itu tidak
ada. Cuma khayalan orang belaka. Ada kisah tentang orang atheist yang tidak percaya
dengan Tuhan. Dia mengajak berdebat seorang alim
mengenai ada atau tidak adanya Tuhan.

Di antara
pertanyaannya adalah: “Benarkah Tuhan itu ada” dan
“Jika ada, di manakah Tuhan itu?”

Ketika orang atheist itu menunggu bersama para
penduduk di kampung tersebut, orang alim itu belum
juga
datang. Ketika orang atheist dan para penduduk berpikir
bahwa orang alim itu tidak akan datang, barulah muncul
orang alim tersebut. “Maaf jika kalian menunggu lama. Karena hujan turun
deras, maka sungai menjadi banjir, sehingga jembatannya
hanyut dan saya tak bisa menyeberang. Alhamdulillah
tiba-tiba ada sebatang pohon yang tumbang. Kemudian,
pohon tersebut terpotong-potong ranting dan dahannya
ketika jatuhnya, sehingga jadi satu batang yang lurus, dan kemudian menjadi perahu. Setelah itu, baru saya bisa
menyeberangi sungai dengan perahu tersebut.” Begitu
orang alim itu berkata. Si Atheist dan juga para
penduduk kampung tertawa.

Si
Atheist berkata kepada orang banyak, “Orang alim ini
sudah gila rupanya. Masak pohon bisa jadi perahu
dengan sendirinya. Mana bisa perahu jadi dengan sendirinya
tanpa ada yang membuatnya!” Orang banyak pun tertawa
riuh. Setelah tawa agak reda, orang alim itu-pun
berkata,
“Jika
kalian percaya bahwa perahu tak mungkin ada tanpa ada
pembuatnya, kenapa kalian percaya bahwa bumi, langit,
dan seisinya bisa ada tanpa penciptanya? Mana yang lebih sulit, membuat perahu, atau menciptakan bumi,
langit, dan seisinya ini?” ...

Mendengar perkataan orang alim tersebut, akhirnya
mereka sadar bahwa mereka telah terjebak oleh
pernyataan mereka sendiri. “Kalau begitu, jawab
pertanyaanku yang kedua,” kata si
Atheist.

“Jika Tuhan itu ada, mengapa dia tidak
kelihatan. Di mana Tuhan itu berada?” Orang atheist itu
berpendapat, karena dia tidak pernah melihat Tuhan,
maka Tuhan itu tidak ada. Orang alim itu kemudian menampar pipi si atheist
dengan
keras, sehingga si atheist merasa kesakitan.

“Kenapa anda
memukul saya? Sakit sekali.” Begitu si
Atheist mengaduh.

Orang Alim itu lalu bertanya, “Ah
mana ada sakit. Saya tidak melihat sakit. Di mana sakitnya?”
“Ini sakitnya di
sini,” si Atheist sambil menunjuk-nunjuk
pipinya.
“Tidak, saya tidak melihat sakit. Apakah para hadirin
sekalian melihat sakitnya?” Si Alim bertanya ke orang
banyak.

Orang banyak itu berkata, “Tidak!” “Nah, meski kita tidak bisa melihat sakit, bukan berarti
sakit itu tidak ada. Begitu juga Tuhan. Karena kita tidak
bisa melihat Tuhan, bukan berarti Tuhan itu tidak ada.
Tuhan ada. Meski kita tidak bisa melihatNya, tapi kita
bisa merasakan ciptaannya.” Demikian si orang Alim
berkata.

Sederhana memang pembuktian orang alim tersebut. Tapi
pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena
panca indera manusia tidak bisa mengetahui keberadaan
Tuhan adalah pernyataan yang keliru..

Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau
didengar manusia, tapi pada kenyataannya benda itu
ada?
Betapa banyak benda langit yang jauh jaraknya
milyaran,
bahkan mungkin trilyunan tahun cahaya yang tidak
pernah dilihat manusia, tapi benda itu sebenarnya ada?..
Berapa banyak atom/zharrah berukuran sangat kecill,
bahkan nukleus/inti atom (contoh rambut yang dibelah 1
juta kali sampai bentuk yang paling terkecil yang tak
dapat dibelah lagi), sehingga manusia tak bisa
melihatnya,.. ternyata benda itu ada?
(manusia baru bisa melihatnya jika meletakan benda tersebut ke bawah
mikroskop yang amat kuat seperti mikroskop elektron
pengembangan terakhir dari ilmu pengetahuan modern
saat ini).

Berapa banyak gelombang (apa itu gelombang radio,
elektromagnetik. Listrik, dan lain-lain) yangtak bisa
dilihat, tapi ternyata hal itu ada. Semua itu ada, tapi
panca indera manusia lah yang
terbatas, sehingga tidak mengetahui keberadaannya.

Kemampuan manusia untuk melihat warna-pun hanya terbatas pada beberapa frekuensi tertentu, demikian juga
dengan suara. Terkadang sinar yang amat menyilaukan
bukan saja tak dapat dilihat, tapi dapat membutakan
manusia. Demikian pula suara dengan frekuensi dan
kekerasan tertentu selain ada yang tak bisa didengar
juga ada yang mampu menghancurkan pendengaran
manusia. Jika untuk mengetahui keberadaan ciptaan Allah saja
manusia sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk
mengetahui keberadaan Sang Maha Pencipta!!

Semoga
kisah ini menjadi pelajaran dan i’tibar bagi kita
semua. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar