Kamis, 11 April 2013

-SEORANG ANAK DI TINGGAL IBUNYA-

KISAH SEDIH :


Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku, memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja.

Namun Sam mencegah niat buruk itu.Akhirnya terpaksa
saya membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric
dilahirkan saya punmelahirkan kembali seorang anak
perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya
Angelica.

Saya sangat menyayangi Angelica, demikian jugaSam.
Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan
dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-
indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya
memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat
membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan
dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti
perkataan saya.

Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal dunia. Eric
sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi
semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk.
Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat
saya menyesal seumur hidup.

Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya
beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap saya
tinggalkan begitu saja. Kemudian saya tinggal di
sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk
membayar hutang.

Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak
kejadian itu.

Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria
dewasa. Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun
kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula
pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi
sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang.

Angelica telah berumur 12 tahun dan kami
menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan.
Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada
lagi yang mengingatnya.

Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi
dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya.

Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya
perbuatan saya dulu. tiba-tiba bayangan Eric melintas
kembali di pikiran saya.

Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric.

Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping
sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran
menatap saya dari samping.

“Mary, apa yang sebenarnya terjadi?”

“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya
menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu.” aku
menceritakannya juga dengan terisak-isak.

Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya.

Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh
pengertian. Setelah tangis saya reda, saya keluar dari
mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Mata saya
menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter
dari hadapan saya.

Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya
tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric.

Namun saya tidak menemukan siapapun juga di
dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di
lantai tanah.
Saya mengambil seraya mengamatinya dengan
seksama.

Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan
kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu
dikenakan Eric sehari-harinya. Saya sempat kaget
sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah
wajah orang itu yang demikian kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua.

Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba
menegur saya dengan suaranya yang parau.

“Heii.! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”

Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa
ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu
tinggal di sini?”

Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega,
Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu
meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya
dan memanggil, ‘Mommy., mommy!’ Karena tidak tega,
saya terkadang memberinya
makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai
pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan
anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric
meninggalkan secarik kertas
ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun
hanya untuk menulis ini untukmu.”

Saya pun membaca tulisan di kertas itu.

“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi.?
Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang
pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy
tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom.”

Saya menjerit histeris membaca surat itu.

“Bu, tolong katakan. katakan di mana ia sekarang?
Saya berjanji akan meyayanginya sekarang! Saya
tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong
katakan..!!”

Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya
datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di
belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat
lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di
belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya.
Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana.

Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari
belakang gubuk ini. Meskipun hujan deras, dengan
kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu
Nyonya di sana.”

------------------
Pesan Moral :

Dari kisah yang mengharukan tentang ibu dan anak
diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa Apapun yang
Tuhan titipkan kepada kita, maka kita wajib
menjaganya. Apalagi yang Tuhan titipkan adalah Anak.

Anak adalah anugrah yang tak terhingga dari sebuah
perkawinan. Jadi bersyukurlah karena sudah dikarunia
Anak dan kita sebagai orang tua wajib menjaganya
hingga ia tumbuh besar.

Mudah-mudahan Kisah mengharukan seorang anak
yang keterbelakangan mental dan di tinggal orang
tuanya ini dapat menjadi teladan bagi kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar