Sabtu, 04 Mei 2013

Kasih Sayang Rasulullah SAW dalam Keluarga

Kasih Sayang Rasulullah SAW
dalam Keluarga
Ibnu Umar pernah datang kepada Aisyah
RA dan berkata, “Izinkan kami di sini
sejenak dan ceritakanlah kepada kami
perkara paling mempesona dari semua
yang pernah engkau saksikan pada diri
Nabi.”
‘Aisyah menarik nafas panjang. Kemudian
dengan terisak menahan tangis, ia berkata
dengan suara lirih, “Kaana kullu amrihi
‘ajaba. Ah, semua perilakunya
menakjubkan bagiku.”
Ibnu Katsir menukil peristiwa ini ketika
menafsirkan surat ‘Ali Imran ayat
190-191. Ada yang menjadi tanda-tanya
bagi kita sesudah membaca kisah ini. Jika
‘Aisyah berkata, “Kaana kullu amrihi
‘ajaba. Ah, semua perilakunya
menakjubkan bagiku.”; Sku tidak tahu
apakah yang akan diucapkan oleh istri kita
jika suaminya ditakdirkan meninggal lebih
dulu. Saya juga tidak tahu apakah yang
akan diucapkan oleh anak-anak kita
tentang orangtuanya.
Semuanya terpulang kepada kita. Apakah
kita mau mencoba untuk menjadi bapak
dan suami yang lebih menyejukkan hati –
meski harus gagal berkali-kali—ataukah
kita merasa telah cukup mulia dengan
perhatian kita yang tak seberapa.
Banyak para bapak enggan mengusapkan
tangan ke pipi anaknya yang sedang
meneteskan airmata. Mereka juga tidak
pernah menyempatkan diri, meski cuma
sekali, untuk membaringkan tubuh
anaknya yang letih hanya karena mereka
merasa telah banyak berjasa dengan
mencari uang yang tak seberapa.
Mereka ingin dihormati oleh anak-
anaknya, tetapi dengan menciptakan jarak
sehingga anak tak pernah sanggup
mencurahkan isi hatinya kepada bapaknya
sendiri. Mereka ingin menjadi bapak yang
disegani, tetapi dengan cara
membangkitkan ketakutan. Padahal
Rasulullah Saw. sering mencium putrinya,
Fathimatuz Zahra. Bahkan ketika putrinya
telah beranjak dewasa.
Berikut ini teladan dari Junjungan Kita
SAW :
Aisyah r.a.: Ada seorang Arab dusun
datang kepada Nabi Saw. sambil berkata,
“Engkau mencium anak-anak, sedangkan
kami tidak pernah mencium mereka.”
Nabi Saw. menjawab, “Apa dayaku apabila
Tuhan telah mencabut kasih-sayang dari
hatimu.” (HR. Bukhari).
Nabi Saw. mencontohkan bagaimana
menyayangi anak. Pernah Rasulullah Saw.
menggendong cucunya, Umamah binti Abi
Al-Ash, ketika sedang shalat. Jika rukuk,
Umamah diletakkan dan ketika bangun
dari rukuk, maka Umamah diangkat
kembali.
Pernah juga Rasulullah Saw. bermain
kuda-kudaan dengan cucunya yang
lain,Hasan dan Husain. Ketika Rasulullah
Saw. sedang merangkak di atas
tanah,sementara kedua cucunya berada di
punggungnya, Umar datang lalu
berkata,“Hai Anak, alangkah indah
tungganganmu.” Rasulullah Saw.
menjawab,“Alangkah indahnya para
penunggangnya!”
Tak jarang Rasulullah Saw. menghadapi
anak-anak dengan sikap melucu. Bila
mendatangi anak-anak kecil, Rasulullah
Saw. jongkok di hadapan mereka,
memberi pengertian kepada mereka, juga
mendo’akan mereka. Begitu hadis riwayat
Ath-Thusi menceritakan.
Sementara Usamah bin Zaid memberi
kesaksian, “(Sewaktu aku masih kecil )
Rasulullah Saw. pernah mengambil aku
untuk didudukkan pada pahanya,
sedangkan Hasan didudukkan pada paha
beliau yang satunya, kemudian kami
berdua didekapnya, seraya berdo’a, “Ya
Allah,kasihanilah keduanya, karena aku
telah mengasihi keduanya.” (HR.
Bukhari).
Abu Hurairah ra pernah menceritakan:
“Rasulullah saw pernah menjulurkan
lidahnya bercanda dengan Al-Hasan bin Ali
ra. Iapun melihat merah lidah beliau, lalu
ia segera menghambur menuju beliau
dengan riang gembira.
Pernah Beliau sholat sambil menggendong
Umamah putri Zaenab binti Rasulullah
saw dari suaminya yang bernama Abul
‘Ash bin Ar-Rabi’. Pada saat berdiri, beliau
menggendongnya dan ketika sujud, beliau
meletakkannya. (Muttafaq ‘alaih)
Kisah tentang Rasulullah Saw. bersama
anak adalah kisah tentang kasih-sayang. Ia
memendekkan shalatnya ketika
mendengar tangis anak. Karena anak pula,
Rasulullah Saw. pernah bersujud sangat
lama. Begitu lamanya Rasulullah Saw.
bersujud sampai-sampai para sahabat
mengira Rasulullah Saw. sedang
menerima wahyu dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Padahal yang terjadi sesungguhnya adalah,
ada cucu yang menaiki punggungnya.
Tentang mencintai anak, Rasulullah Saw.
pernah bersabda, “Cintailah anak-anak
dan sayangilah mereka. Bila menjanjikan
sesuatu kepada mereka, tepatilah.
sesungguhnya yang mereka ketahui hanya
kamulah yang memberi mereka
rezeki.” (HR. Ath-Thahawi).
Air mata Nabi Muhammad saw menetes
disebabkan kematian putra beliau
bernama Ibrahim, Abdurrahman bin ‘Auf
ra bertanya kepada beliau: “Apakah Anda
juga menangis wahai Rasulullah?”
Rasulullah saw menjawab: “Wahai Ibnu
‘Auf, ini adalah ungkapan kasih sayang
yang diiringi dengan tetesan air mata.
Sesungguhnya air mata ini menetes, hati
ini bersedih, namun kami tidak
mengucapkan kecuali yang diridhai Allah
Ta’ala. Sungguh, kami sangat berduka cita
berpisah denganmu wahai Ibrahim.” (HR.
Bukhari)
Meskipun anak-anak biasa merengek dan
mengeluh serta banyak tingkah, namun
Nabi Muhammad saw tidaklah marah,
memukul, membentak, dan menghardik
mereka. Beliau tetap berlaku lemah
lembut dan tetap bersikap tenang dalam
menghadapi mereka.
Hari ini, ketika kita mengaku sebagai
ummat Muhammad, apakah yang sudah
kita lakukan pada anak-anak kita? Apakah
kita telah mengusap kepala anak-anak kita
sebagaimana Rasulullah Saw. melakukan?
Apakah kita juga telah mengecup kening
anak-anak kita yang sangat rindu kasih-
sayang bapaknya?
Ataukah kita seperti Aqra’ bin Habis At-
Tamimi yang tak pernah
mencium anaknya, sehingga Rasulullah
Saw. bersabda, “Barangsiapa tidak
menyayangi, dia tidak akan
disayangi.” (HR. Bukhari).
Kita ingin disayangi oleh anak-anak kita
ketika usianya telah tua, tetapi tidak
pernah menanam cinta dan kasih-sayang.
Kita ingin dirindukan oleh anak-anaknya di
saat renta, tetapi tak pernah punya waktu
untuk tertawa bersama. Banyak yang
merasa, kerja sehari telah cukup untuk
membeli semua. Sehingga tidak ada yang
mengetahui urusan anak di rumah, kecuali
istri. Bahkan yang lebih tragis, istri pun
tak tahu sama sekali, sebab telah ada
pembantu yang menggantikan semuanya.
Astaghfirullahal ‘adzim. Alangkah sering
kita merasa suci, padahal tak satu pun
perilaku Nabi Saw kepada anak atau istri
yang sanggup kita contoh.
(diambil dari milis Cinta Rasulullah
Muhammad SAW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar